29 Oktober 2016

Movie Review : Gabbar is Back


Gabbar is Back


Gabbar is back, kisah tikus-tikus kantor yang diangkat dalam bentuk film, meskipun apa yang dilakukannya melawan hukum namun memberikan shock theraphy kepada pelaku korupsi untuk berfikir dua kali untuk melakukan korupsi, hasilnya memang baik namun dilakukan dengan cara yang salah. Sangat jarang sebuah film mengangkat tema tentang bahaya korupsi, dimana dampak dari kejahat korupsi yang nyata pada buruknya kesejahteraan masyarakat banyak.

Beberapa kali saya meneteskan air mata ketika cerita berawal dari mengungkapkan kejahatan korupsi pengembang properti, yang menewaskan istri tercinta, namun dibalas oleh tindakan penyuapan penguasa dan pengusaha atas kegagalan suatu apartemen yang runtuh karena tidak sesuai dengan tata perencanaan bangunan. Tokoh utama lalu dibuang ditengah jalan dan diselamatkan oleh para mahasiswa kedokteran yang pulang study wisata. Disinilah cerita itu bermula, Gabbar ingin membalas kebaikan orang-orang disekitarnya, dengan menyatukan kekuatan untuk berkontribusi pada negeri, mengumpulkan para pemuda yang cinta tanah airnya, melakukan revolusi negeri terhadap akar permasalahan utama yaitu Korupsi.

Mengapa Gabbar Melakukan ini semua? Karena hukum tidak melakukan tugas yang seharusnya, hukum selama ini tajam ke bawah dan tumpul ke atas, penegak hukum menutup mata serta tidak adil atas tindak pidana korupsi, masih banyak yang tersangkut korupsi namun masih berkeliaran dan mendapakan jabatan strategis di pemerintahan, sedang kan seseorang yang maling di perkampungan harus meregang nyawa bersama masyarakat yang main hakim sendiri.

Apa yang dilakukan Gabbar jelas melanggar hukum dengan menculik dan membunuh pelaku korupsi dengan membuktikan seluruh tindakannya. Namun itu semua semata-mata bukan hanya penjahat yang membuat masyarakat menderita dengan kesalahannya, akan tetapi masyarakat menderita karena saat orang-orang baik atau mampu tidak melakukan apa-apa.

“Kezhaliman akan terus ada bukan karena banyaknya orang orang jahat tetapi karena diamnya orang-orang baik.”



Gabbar akhirnya menyerahkan diri ke kepolisian yang telah lama mengincarnya, semua orang di kantor kepolisian kaget, ada seorang yang hadir dan menyatakan dirinya sebagai Gabbar dan mengungkapkan semua perbuatannya yang dilakukan secara terencana dengan sadar dan akal sehat serta mempertanggungjawabkan semua yang dilakukan dan meminta mahasiswa yang ditahan untuk dibebaskan.

Gabbar diberi hukuman mati tetapi publik melakukan protes besar-besaran, melakukan unjuk rasa di setiap sudut kota, mahasiswa marah hingga menghentikan  mobil van penjara yang membawa Gabbar. Melihat kondisi yang diluar kontrol, polisi meminta untuk Gabbar berbicara dihadapan mahasiswa dan pendukungnya.

Adegan ini yang membuat saya terharu dan merinding melihatnya, seorang Professor Nasional College memberikan kuliah singkat, padat, merasuk ke sanubari setiap hati-hati yang mendengarnya, yaa Gabbar adalah Prof. Aditya seorang Professor di kampus ternama Nasional College. Kekuatan Mahasiswa (Student Power) , ia bangga terhadap kekuatan mahasiswa, ia mengungkapkan tidak semua mahasiswa menjadi petugas pemerintahan, tapi setiap petugas pemerintahan adalah mahasiswa. Mahasiswa harus memutuskan dari sekarang kemana arah yang diambil untuk negara ini. Karena mahasiswa masa depan bangsa, buatlah perubahan, be a change.




Apakah kalin tahu apa itu Gabbar?

Orang yang tidak menyerah pada ketidakadilan, itu Gabbar.

Orang yang mengalahkan koruptor, itu Gabbar.

Orang yang membuat pejabat, pegawai pemerintahan berkeringat bahkan di ruangan ber AC mereka, itu Gabbar.

Itulah Gabbar, yang akan mengetuk hati kecil masing-masing insan untuk menjalan tugas dan fungsi dengan sebenarnya.

Gabbar Is Back.....

Dan semua itu hanya di film layar lebay...iya layar lebay, sangat lebay, jalan cerita yang dibuat oleh karangan manusia, mustahil jika ada yang seperti itu, karena cerita karangan itu adalah hanya fiktif belaka dan jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat kejadian, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Kalo memang ada yang masih menjunjung tinggi hal tersebut saya pastikan Komisi Pemberantasan Korupsi akan bubar dengan sendirinya tanpa harus diminta bubar. Wassalam.

8 Oktober 2016

Logika Keblinger


Assalamualaikum wr wb

Salam sejahtera bagi kita semua.



Malam ini saya sungguh resah dan gelisah, menunggu disini ........ingin saya tanyakan ke rumput yang bergoyang, tapi aku malu sungguh malu pada semut merah yang berbaris didinding.



Keresahan akan kalimat:

Jangan mau dibodoh-bodohi pake kiasan kalo sisain nasi, nanti nasinya bisa nangis.

Disini saya resah saya dituduh menghina, jadi saya menghina siapa ini? Yang salah kiasannya, atau kah orang yang mengatakannya, yaitu ibuk saya, dan ibuk ibuk di sejagat dunia ini.

Apakah kalimat yang saya lontarkan ini menghina ibuk-ibuk, tentu saja, orang pertama yang pasti marah adalah orang tua saya sendiri, dengan lancangnya mengatakan bodoh ke orang tua sendiri.

Apakah kiasannya yang salah? Mungkin saya dulu bolos waktu sekolah pelajaran agama atau bahasa Indonesia, yang saya ketahui dari penjelasan ibu saya, arti dari nanti nasi nangis, kalo makan sesuatu ,kita harus banyak bersyukur, sudah ada rezeki untuk hari ini, jadi jangan disisa-sisakan (mubazir).

OHHH,, berarti saya salah donk yaa, kalo saya salah mohon maaf yaa ibuk seluruh antero dunia, karena lidah tidak bertulang.

......Bukan pembenaran dengan membolak balikan logika, bahkan merasa menjadi korban atas api yang membakar rumah karena main korek api......



Salam dari Jomblower seluruh Indonesia, Untuk Demokrasi sejuk dan bermartabat.



Malam Minggu Produktip.

*Haters dilarang Koment...

7 Oktober 2016

Menyatukan Puzzle bernama Indonesia


Menyatukan Puzzle bernama Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan memiliki sekitar 17.000 ribu pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Jumlah pulau di Indonesia menurut data Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2004 adalah sebanyak 17.504 buah. 7.870 di antaranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki nama. Pulau-pulau yang berserakan dengan penduduk yang mendiami dari berbagai ras, suku bangsa, menjadikan Indonesia Tanah Air yang kaya akan keberagaman. Sebagaimana para pejuang kemerdekaan menyatukan semangat kebangsaan untuk menciptakan Tanah Air bernama Indonesia, kini semangat-semangat itu tetap dijaga dengan menghubungkannya tanpa ada batas, dengan teknologi informasi dan komunikasi.

Untuk itu dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi, semua semakin dekat, tidak ada lagi sekat di antara kita masyarakat Indonesia, karena semua telah menjadi susunan puzzle rapi yang menyatukan, semua terkoneksi dengan 1 bahasa, Indonesia. Apalagi jika ditambah dengan program atau aplikasi yang menyatukan dan terkoneksi secara lengkap di seluruh Indonesia, pastinya akan menambah kekuatan dari keberagaman itu sendiri.

Terkait teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang cepat di dua dekade terakhir, tentu teknologi ini butuh waktu untuk bisa menjangkau dari konsumsi seluruh masyarakat Indonesia, oleh karena itu perlu ada sinergis baik pemerintah, swasta, serta akademisi yang bergelut dengan penelitian sehingga akan mempercepat solusi akan kekurangan selama ini.

Pengalaman kami adalah ketika menjadi mahasiswa, merasakan naik turunnya akses kecepatan internet, karena keterbatasan ruang dan materi tentunya, baik dalam pelaksanaan tugas kuliah maupun menyelesaikan amanah kegiatan organisasi, tak jarang kita harus bekerja sama dengan mahasiswa luar, koneksi antar lembaga di kampus-kampus seluruh Indonesia, baik lokal, regional, maupun nasional. Melaksanakan kegiatan positif kepemudaan dan bergabung bersama pemuda–pemuda seluruh Indonesia dengan saling bertukar informasi untuk kemajuan bangsa, di mana ke semua itu dapat terjalin karena teknologi komunikasi.

Apalagi di saat melaksanakan tugas kuliah kerja nyata yang dilaksanakan pada pelosok–pelosok kampung, bagaimana mahasiswa menjadi agen-agen perubahan mendasar pada kampung, desa yang menjadi daerah sasaran untuk mengaplikasikan ilmu di perkuliahan, sebagai wujud nyata pengabdian kepada masyarakat, tentunya mahasiswa perlu juga mengakses dan mencari sumber informasi terkait bidang ilmu yang dipelajari serta penambah referensi, dan jaringan komunikasi yang nyaris tidak ada di saat koordinasi antar mahasiswa, keluarga maupun dosen, dan kendala itu terjadi karena akses yang belum sampai di beberapa desa.

Sekali lagi ini bukan saja tugas pemerintah, operator, swasta, namun seluruh masyarakat yang telah melek teknologi saat ini, dengan didukung tentunya pakar-pakar akademisi untuk harus dikembangkan untuk mengejar ketertinggalan dengan negara lain.

Wifi Taman, www.bantenpos.co


Tentunya harapan kita yang lain adalah koneksi yang cepat dan paket yang murah, atau buat spot - spot wifi gratis pada fasilitas publik, seperti taman, perpustakaan, museum. Apabila ini dilaksanakan oleh stake holder maka akan menambah semangat anak muda untuk lebih dekat dengan masa depan bangsanya dan juga lebih jauh mengenal dengan Indonesia sehingga menumbuhkan kecintaan akan bangsa ini. Ketika ruang-ruang publik diberikan fasilitas yang memadai contohnya akses internet, tentunya jauh lebih positif dengan lebih banyak berkumpul di taman dengan interaksi sosialnya, baik melalui media sosial ataupun secara nyata berkumpul diruang publik, serta dengan berkumpulnya masyarakat atau anak-anak muda di perpustakaan dan museum akan juga menambah kunjungan ke dua tempat ini, meskipun akhir-akhir ini kedua tempat ini sepi dari peminat, namun esensinya kedua tempat positif ini sebagai cakrawala kita sebagai masyarakat untuk membuka dunia menghadapi masa depan serta museum sebagai tempat pembelajaran sejarah akan masa yang silam. Sehingga kita akan terus mengingat bangsa ini yang telah disusun oleh para pejuang kemerdekaan seperti layaknya puzzle-puzzle dan menyatukannya, serta tugas kita hari ini membangun Indonesia dan terus mempertahankan Indonesia untuk selamanya.

2 Oktober 2016

Cerdas ber-Medsos Untuk Agenda Politik

    
Opini Medsos, www.triaspolitica.net

Perkembangan bidang teknologi semakin hari semakin maju di seluruh dunia dengan fungsinya yang paling sering dan penting untuk memudahkan komunikasi dan sebagai media untuk informasi, sebut saja yang biasa digunakan yaitu internet, tidak dapat kita pungkiri lagi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, telah dimanfaatkan oleh manusia demi kepentingan dirinya, begitu juga dengan secara struktur sosial dan politik masyarakat, semua beriringan dengan kemajuan teknologi, maka kita dapat berbicara dengan masyarakat luas dengan menghubungkan koneksi-koneksi komputer sehingga dapat dipermudah dengan adanya teknologi komunikasi, salah satunya yaitu media sosial.

     Media sosial sudah menjadi suatu kebutuhan sehari-hari bagi sebagian masyarakat dunia, hampir seluruh masyarakat menggunakannya kecuali beberapa kelompok usia yang belum tersentuh oleh teknologi ini, namun secara keseluruhan sudah dipakai dalam hal cara penggunaan dan pemanfaatan secara luas.

     Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia, pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial, situs jejaring sosial atau media sosial yang sering digunakan diakses adalah Facebook dan Twitter.

     Oleh karena itu sangat efektif dan efisien dalam memanfaatkan kekuatan media sosial ini dalam dunia politik, memanfaatkan media sosial yang digunakan masyarakat saat ini untuk menjalankan segala agenda perpolitikan nasional maupun lokal untuk mempengaruhi opini publik, dengan media sosial seluruh informasi tersebar dengan cepat dan memberitakan segala aktivitas, namun tentu akan ada dampak baik positif dan negatifnya.

     Dahulu kesadaran politik rakyat terbentuk melalui interaksi sosial, melalui aktivitas sosial dan aktivitas politik terorganisasi dengan cita-cita untuk merdeka. Kini semua dapat dilakukan di media sosial bahkan sampai mampu mobilisasi massa secara besar yang dapat menciptakan radikalisasi dalam gerakan.


     Menurut saya beberapa tahun terakhir secara politik gerakan yang didasari oleh media sosial dengan viral dan arus pemberitaan cepat dapat membuat pergerakan aktivitas sosial secara menyeluruh dengan agenda yang mendukung kegiatan politik dan bahkan dapat mengagendakan menjatuhkan politik beberapa tokoh elit.

     Tak hanya itu, media sosial secara penggunaan yang sebagian besar penggunanya anak-anak muda bahkan dengan sering-nya beraktivitas serta berselancar di dunia maya melalui media sosial, anak muda menjadi target politik dan menjadi ajang pembelajaran politik sehingga anak-anak muda Indonesia dapat melek politik dan mengerti pentingnya politik bagi kelangsungan hidup bernegaara dan berbangsa.

     Media sosial telah menjadi bukti perannya untuk sarana berdiskusi, berbagi dan bertukar informasi, pembentukan opini masyarakat dan mengatasi problematika sosial. Salah satu contohnya mengingatkan kita beberapa tahun lalu dengan Gerakan 1 juta Faceboker mendukung Bibit Chandra pada kasus cicak dan buaya yang di cetuskan dengan  media sosial Facebook, serta fanspage Jonru yang sangat hangat saat pilpres 2014 dan aktivitas sosialnya terhadap masyarakat yang mempunyai pengikut cukup banyak untuk dapat membantu mengatasi perubahan sosial ekonomi masyarakat.    

     Bagi elit politik yang masih muda, ini menjadi ajang alat politik untuk promosi branding diri (Pencitraan) serta menyampaikan visi besarnya untuk perubahan, kita memanfaatkan media massa sebagai bentuk wadah ekspresi karena tak terbatas dengan status sosial, dimana kita tidak harus “menjadi siapa kita” karena seluruh lapisan masyarakat dapat menuangkan ide dan gagasan untuk perubahan.

     Politik dan media seperti ibarat dua sisi mata uang, ia saling berkaitan satu sama lain, namun untuk di media sosial ini merupakan alat kontrol sosial politik. Namun sangat disayangkan ketika media sosial dimanfaatkan oleh beberapa kepentingan politik yang justru membuat kegaduhan secara viral, ini karena butanya pengguna terkait ilmu politik sehingga banyak terjadi penyimpangan opini dan prasangka terhadap dan pemberitaan yang tak adil dan faktual karena setiap kita mampu membuat berita di laman beranda masing-masing pengguna.

     Serta tanpa disadari itu semua terdapat pada kalangan pemuda, yang menyatakan kepeduliannya akan bangsa dan kehidupan masyarakat banyak, dengan sosial kontrol yang dipakai melalui media sosial milik pribadinya, di pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 dan pemilihan Presiden kemarin 2014 sama-sama kita lihat banyak kalangan anak-anak muda bergabung pada komunitas salah satu pendukung calon presiden yaitu Jasmev, setiap hari menggunakan media sosial untuk memujuk hati rakyat.

     Dari semua hal yang dilakukan pada media sosial, perubahan arah politik, kehidupan berbangsa tidak lepas yang mengambil bagian itu adalah beberapa anak muda yang aktif dan visioner, yang segera berpindah dari zona nyamannya untuk sesuatu yang lebih berarti kepada dirinya dan orang lain, maka manfaatkanlah media sosial ini dengan menggiring politik yang sehat dan bermartabat seperti anak muda yang cerdas akan perubahan mendasar bangsanya, meskipun itu dilakukan dengan cara-cara sederhana. Inilah aset itu, inilah politik itu, inilah arti perubahan itu, secara kehidupan inilah yang bersifat dinamis namun harus dikawal dengan baik agar tujuan yang diharapkan baik dilaksanakan dengan cara yang baik, beberapa bulan yang lalu Kapolri menerbitkan surat edaran yang mengatur tentang hate speech yaitu ujaran kebencian di media sosial, dilatarbelakangi selama ini melalui media sosial bermunculan ujaran-ujaran tak pantas dari pembahasan dunia politik yang mendukung untuk menjadi bibit-bibit konflik horizontal di tengah-tengah masyarakat.

     Untuk itu menurut hemat saya pendidikan politik sudah bisa berangsur-angsur ke ranah media sosial yang berimbang tidak hanya fokus pada media massa arus utama yang erat dengan agenda poitik yang memihak dan dapat diboncengi berbagai kepentingan, bila di lihat lebih dalam masa anak-anak muda mampu memberikan warna di ranah politik namun sangat jarang diberi pencerdasan secara intensif, jika itu dimulai maka anaka-anak muda akan memiliki kesadaran politik yang lebih dan akan semakin kritis pada proses berpolitik yang tengah terjadi. Sehingga kedepannya dunia politik dan seperangkat di dalamnya dimudahkan dalam kaderisasi politik secara dini.

#LombaEsaiPolitik


1 Oktober 2016

Lihat semua lebih dekat


Judul: Lihat semua lebih dekat
Oleh: Anakamiko

........





Aku malu seperti malunya putri malu yang tak mau disentuh

Aku malu seperti malunya pisang, pantang mati sebelum berbuah

Aku malu tak mampu jadi bambu yang mampu kokoh dirayu angin

Aku malu



Aku malu

Manusia tak mampu

Semua sibuk dengan kefanatikan dunia semu

Hidup jalan perjuangan

Bukan untuk duduk duduk berpangku tangan...



Aku malu

Sedekat itu semua tak terlihat

Aku kalah, semua mahkluk berlomba lomba di kebaikannya.

Aku terlena dengan kehidupan yang fana









Padang, 2 September 2016