Suatu
hari seekor tikus sedang mengintip di balik sebuah tembok rumah petani untuk
melihat bungkusan barang yang dibawa petani bersama istrinya, saat membuka
sebuah bungkusan, mungkin yang terpikirkan oleh tikus adalah sebuah makanan
namun betapa kagetnya sang tikus didapati didalam sebuah bungkusan itu adalah
perangkap tikus.
Melihat
hal itu , lalu tikus lari terbirit-birit menuju ladang pertanian, guna meminta
tolong kepada hewan lain karna ada masalah besar yang dihadapi tikus beserta
keluarganya.Ketika ia dapati seekor ayam sedang mengaruk tanah untuk meminta
pertolongan dalam masalah besar ini,
Ayam
berkata, “Maafkan aku pak tikus, aku tau ini adalah masalah terberat bagimu,
namun bagiku pribadi ini bukan masalah ku tuhh, jadi tolong jangan buat aku
tambah sakit kepala yaaa.”
Dengan
tertunduk tikus lalu pergi meninggalkan ayam, dan menemui kambing yang sedang
makan rerumputan, dan memaparkan masalah yang dihadapi saat ini untuk bisa
kambing membantu dirinya. Lagi-lagi yang didapati tikus bukanlah solusi namun
hanya bantuan doa yang sedikit menyurutkan langkah sang tikus. “wahh aku turut
bersedih dengan kabar berita darimu pak tikus, tetapi tidak ada yang bisa ku
lakukan selain hanyalah berdoa, yakinlah dibalik doa-doaku kamu senantiasa berada
selalu di doa-doaku pak tikus.”Hibur sang kambing Pada Pak Tikus.
Mendengar
hal itu tikus kembali mencari hewan lain dan bertemu sang lembu yang sedang
istirahat dibawah pohon,” emmmuaaakk,,,mmm perangkap tikus yaaa, jadi saya
dalam bahaya besar yaa” ledek si lembu sambil tertawa. Mendengar sikap lembu
seperti itu, lalu tikus berbalik badan dengan rasa kecewa, sedih dan putus asa
tanpa harapan lagi.
Waktu
malam pun tiba ,terdengar suara bergema ke seluruh rumah seperti perangkap
tikus telah mendapatkan mangsanya, istri petani berlari dan melihat ke tempat sumber suara perangkap tikus tadi,
didalam ruang kegelapan itu ia tidak bisa melihat, bahwa yang terjebak di
perangkap tikus itu adalah ular berbisa dan ular itu sempat mematuk tangan sang
istri petani.
Racun
pun menyebar ke seluruh tubuh sehingga membuat demam istri petani, sudah
menjadi kebiasaan jika setiap orang yang sakit demam maka obatnya adalah sup
ayam yang hangat, tanpa berfikir panjang sang petani membuat sup ayam dengan
menyembelih ayam miliknya diladang, namun demam sang istri tak kunjung sembuh
dan tetangga dan kerabat banyak yang menjenguk, otomatis petani harus
menyiapkan makanan untuk kerabat dan keluarga, dengan menyembelih kambing di
ladang. Akhirnya bisa ular tak mampu juga dijinakkan sehingga istri petani
menemui ajalnya dan meninggal dunia. Dan berpuluh-puluh orang datang untuk
mengurus pemakaman dan mengadakan selamatan, tak ada pilihan lain maka lembu di
ladang disebelih untuk makanan para kerabat dan keluarga yang ikut melayat dan
mengurusi pemakan hingga selamatan.
Dari
kisah singkat diatas kita dapat mengambil pelajaran dan hikmah yang sangat
dalam tentang pemahaman kita terkait kesetiakawanan sosial.
Terkait
yang lainnya bagaimana kita membangun kepedulian dalam hal ini saling
mengingatkan dan menasehati dalam kesabaran, ketika sebuah maksiat di lakukan
seseorang namun tidak kita tegur maupun diingatkan atas kelalaiannya, maka
bersiaplah bencana yang dilampiaskan pertama kali bukan lah pelaku maksiat,
namun orang – orang yang membiarkannya, ini bukan masalah atau perkara
seseorang yang melakukannya saja tapi tidak berdampak pada yang lain, jika
musibah datang pasti kesemuannya akan mendapatkan akibatnya.
“Masalah apa buat lo, yang mabuk gw,
yang pacaran gw, yang maksiat gw, kan gw sendiri yang nanggung dosanye, kan gw
gak ganggu yang lain.”jawab tanpa dosa.
“yaa memang yang maksiat kalian,
tapi azab allah ketika bumi ini digoncangkan , ketika hujan deras yang
meluapkan sungai-sungai, tanah longsor, maupun bencana lain akibat perbuat
maksiat kita, semua makhluk yang menaggung musibahnya.”
Maka dari itu untuk menciptakan
masyrakat yang sejahtera, rezeki berlimpah dan terhindar dari bencana, maka
kita saling peduli, saling membantu dengan solusi-solusi cerdas yang kita
sumbangkan.
“Ingatlah , sesungguhnya mereka lah
yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari”Qs Al Baqarah : 12
Mereka
tidak akan pernah menyadari sesungguhnya bencana dan musibah bermula dari diri
kita yang rusak darisegi akhlak dan sebagai penghammbaan kepada Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar