Rangkaian
kata seakan mewakili perasaan dan rasa syukur ini, beribu kenikmatan kembali
Allah berikan kepada hamba yang lemah dan penuh kealpaan. Jika saja yang maha
penyayang berpaling dari insan yang bodoh ini maka aku akan menjadi seonggok
daging yang berjalan bak stryfoam yang terapung dilautan, penuh dengan ancaman
dan terombang-ambing.
Kalau saja
boleh memandang jauh ke belakang, aku seakan sudah terlambat. Padahal dulu ada
keinginan untuk ikut bergabung, namun Allah belum mengizinkan dan karena ada
satu hal yang harus aku patuhi. Yaa.harus kupatuhi. Aku kuliah di negeri malin
kundang ini, berkat tawaran dari seorang yang saya hormati, beliau adik
ibuku. Tawaran untuk dibiayai kebutuhan perkuliahan hingga nanti beberapa tahun
lagi..wallahualam. Insya Allah diwaktu yang tepat, ingat ya bukan tepat
waktu. Beliau menyarankan untuk tetep tinggal di rumah beliau untuk beberapa
bulan.
Setelah 3
bulan berjalan mulailah nampak kesibukan yang aku rasakan sebagai mahasiswa
teknik, setelah dipertimbangkan aku disuruh untuk mencari tempat bernaung dari
hujan (singkatnya kost-kostan) apa sebab karena aku berangkat pagi dan pulang
malam, sudah biasa sepertinya, namun yang tak biasa adalah ketika aku berangkat
pagi menggunakan kendaraan umum dan pulang malam dengan jarak tempuh 90 menit
dengan jarak 15 km. Tepatnya diperbatasan kota, lubuk buaya , seakan setengah kota
padang aku tempuh melintang dari pantai ke bukit limau manis.
Singkat
cerita terdamparlah diri ini ditempat kost-kostan yang terasingkan di sekitaran
jamsek (jembatan seksi, jembatan sekete,dll dengan berbagai versi). Tempat
bernaungku yag baru yang akan menemani saat sedih dan senang, AKAN KUJAGA DAN
KUBELA....wiss kan, seperti brand kota Padang, walaupun badai menghadang aku
akan pulang kepadamu juga, (kalau gak kembali tidur diluar aje). Aku kost dengan
1 kamar seorang diri, ukuran kamar yang memang cukup untuk 1 orang. Ditantang
untuk survive kalau sudah ngekost, sebab apa semua kan dimulai dengan
sendiri. Dikesendirian itulah tercipta sifat keindividualitas yang tertanam,
tumbuh dan berkembang. Aku jadi kurang bersosialisasi, permasalahan yang aku
rasakan aku pendam sendiri dan terkadang dikubur jauh-jauh. Hubungan horizontal
sedikit terabaikan, aku lebih banyak beraktivitas di kost jika memang tidak ada
kegiatan ataupun tugas. Hubungan secara vertikal tetap ku pertahankan yang
wajib, 5 waktu itu tetap aku dirikan namun kualitas asupan ruhiyah reasa berkurang.
Kejenuhan
setiap manusia wajar, aku dihadapkan pada kesempatan untuk tinggal di basecamp
mesin 2011, melatarbelakangi kejenuhan selama ini dan faktor sumbangan biaya
ngontrak rumah jauh lebih murah, aku mengambil keputusan untuk tinggal dibasecamp dengan
gambaran bersama berjuang dengan teman seangkatan yang Solidarity
Forever serta bisa berbagi ilmu dan pengalaman. Namun semua itu jauh panggang
dari pada api, aku malah mencapai titik kebangkrutan diri, padahal sebelum ku masuk ke
basecamp sudah banyak nasehat dari beberapa senior, ada yang berkata hati-hati yaa kamu
boleh membaur namun jangan sampai melebur. Sedikit demi sedikit aku tidak bisa
lagi sepenuhnya mengelakan diri dengan banyaknya kekhilafan yang aku
lakukan dan perbuat.
Sebenarnya
aku ingin menceritakan lebih banyak tentang basecamp,vmungkin bukan pada
kesempatan ditulisan ini. Semua hal pasti layaknya mata uang yang mempunyai 2
sisi yang berbeda, namun aku menitikberatkan pada sisi positif tanpa
meninggalkan bayang-bayang sisi negatif untuk bekalku dalam bentuk pengalaman.
Tanpaku
sadari ini seperti sebuah fase dalam kehidupan mahasiswa kost-kostan, aku
pernah teringat sebuah pernyataan teman seangkatan dengan redaksi ”kenyamanan itu kita yang mengkondisikannya.”Seratus
persen salah. Beliau pun tidak memegang ucapan yang ia lontarkan. Sesungguhnya
perilaku kita dan lingkungan sekitar kitalah yang dapat merubah mental dan
pribadi kita yang sebenarnya mempunyai potensi yang dahsyat yang Allah anugerahkan. Aku
tinggalkan basecamp dengan kenangan manis didalamnya dan lebih pahitnya.
Amanah baru
dihadapkan didepan mata, seorang kawan yang belum lama aku mengenalnya, lewat
dialah hidayah itu datang. Memberikan gambaran lebih baik tentang kehidupan
tempat tinggal yang saat ini aku rasakan, dengan program yang terstruktur
setiap tahunnya ada perekrutan karena ditinggal penghuninya ,dengan berbagai
alasan karena memang memberikan kesempatan ke yang muda, khususnya angkatan baru
sebagai kaderisasi juga dan banyak alasan lainnya mungkin ada penyiksaaan
disini atau mereka beranggapan kebebasan mereka terpenjarakan.
Aku telah
menjadi salah satu keluarga besar mereka, aku mendapatkan semangat baru, semagat
cita-cita dunia dan akhirat. Disiapkan untuk melesatkan potensi yang selama ini
tidur dengan nyenyak, terperangkap dengan zona nyaman yang melalaikan. Sekali
lagi ini bukanlah keterlambatan namun ada sketsa indah yang allah limpahkan ke
diri ini.
Mindset
berubah setelah beberapa hal aku rasakan dan penuh perenungan. Disinilah aku
bukanlah lagi membutuhkan teman, tetapi lebih dari itu saudara seiman dan
seakidah yang selalu saling menasehati ke arah kebaikan dan saling mengingatkan
jika ada kesalahan atau kekhilafan, benar rasanya jika kita bergaul dengan
orang-orang saleh, maka tindak tanduk perilaku kita akan terimbas dengan izin Allah swt
oleh kesalehan mereka dan sebuah hadist Nabi”Sesungguhnya perumpamaan teman yang baik dan teman yang jahat adalah
seperti pembawa minyak wangi dan peniup api pandai besi.Pembawa minyak wangi
akan mencipratkan minyak wanginya itu atau engkau hanya akan mencium aroma
harumnya.Sedangkan peniup api pandai besi mugkin akan membakar bajumu atau
engkau paling tidak akan mencium bau yang tidak sedap.”(HR Bukhari)
Fastabiqul
khairat, berlomba-lomba dalam kebaikan. Energi positif dilingkungan positif. Rasa
iri saya rasa boleh jika kita melihat teman sejawat bermesra-mesraan dengan
penciptanya dikeheningan malam, bermesraan dengan ayat-ayat cintanya, bau mulut
yang akan menjadi harum semerbak disurga yang mereka kontinuekan, menyegerakan 5
waktu lebih awal, malah tercetus ide dari salah satu penghuni ,bahwa kami harus menyegerakan jika terdengar azan dan pastikan selalu shaf 1.
Namun
bukanlah sebuah kehidupan kalau tidak adanya gesekan-gesekan insan yang
heterogen dengan karakter dan sifatnya. Itulah yang saya anggap bahwasanya ini
adalah miniatur kehidupan yang akan kau hadapi di tempat lainnya, aku serasa
ditempa disini untuk membentuk luaran pribadi dan mental seorang muslim
sejati. Aku banyak belajar dari program-program subuhnya yang luar biasa, aku
belajar dari hal-hal kecil yang dianggap sepele namun penuh hikmah, aku belajar
dari filosofi makan ditalam.
Melihat
keceriaan yang terpancar dari muka berseri mereka, yang selalu menutupi
kelelahan dan kekecewaan dari tugas-tugas yang menumpuk dan selalu
dikejar-kejar deadline. Itulah bagi aku yang membedakan orang didalam sini
dengan orang-orang diluar sana.
Tempat inilah
yang membuat setiap individu mengerti apa yang harus diperbuatnya sebagai
status mahasiswa. Mahasiswa yang setiap momentum pemanfaatan waktunya
dikonversikan menjadi kebaikan dan kebajikan. Hampir kudapati setiap harinya
tempat yang kunaungi ini kosong aktivitas disiang hari ,mereka lebih banyak
aktif sebagai aktivis di posnya masing-masing, ada yang bergerak di
siyasi, dawi dan ilmi. Dimalam harinya lebih banyak timbul diskusi setelah
mencari asa di kampus, ditambah lagi jika ada kehadiran rezeki dari salah satu
anggota, biasanya sih martabak manis atau gorengan gurih dengan anggapan
perayaan kecil seperti milad, syukuran asisten dan biasanya proyek diluar.
Rasa manis,
pahit dihati, kegalauan, kecerian, gelak tawa tak tertahankan, emosi jiwa,
kebosanan, kelupaan, ketiduran, kejahilan, akan menjadi bumbu penyedap
dikehidupanku yang baru.kehidupan yang akan meledakan segalanya,berawal dari
sini. Sepenggal kisah yang nantinya akan jadi episode-episode kehidupan yang
indah, dalam naungan keridhoan ilahi sebagai tempat dan sarana penempaan diri,
sarana itu adalah yang seringku sebut dengan nama WISMA FORISTEK.
Kapalo
Koto,10 November 2013
Rizki Amsor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar