10 November 2017

Cita-cita Energi Terbarukan


Cita-Cita Energi Terbarukan


     Warna dapat menjadi suatu identitas dari  suatu benda, untuk mengetahui karakter dan membedakannya, dilihat dari kasat mata, disaat langit cerah dengan sinaran mentari, langit menunjukan warna biru, ketika mulai mendung pertanda turun hujan menjadi kelam, hitam.

Namun di era revolusi industri, sebagai penyumbang efek perubahan langit yang tak seperti biasanya, sering kali kita mengutuknya dari penyebab polusi hasil pembakaran di zaman ini. Akan tetapi mampukah kita menjauh dari mengutuk kegelapan dan mencoba menerangi sekitar, bahwa langit biru adalah udara yang bersih, sehingga menjadikan masa depan akan tetap ada dan berdampak positif untuk menjadikan warisan peradaban selanjutnya, bukan kita sebagai penyumbang warisan yang meninggalkan sejarah buruk bagi generasi seterusnya.

Saat ini penulis bekerja pada sebuah perusahaan penghasil listrik di Pulau Batam, pulau industri penggerak ekonomi nasional, ribuan industri manufaktur, perkapalan, minyak dan gas ada di pulau ini, dimana salah satu penyumbang utama polusi udara dari hasil pembakaran. Teringat oleh penulis bahwa di kampus dahulu sering terlibat bersama rekan mahasiswa untuk mengembangkan ilmu energi terbarukan, memanfaatkan sumber energi yang tak akan habis, sehingga diharapkan tercapailah langit biru, dikala persoalan energi yang akhir–akhir ini sangat banyak diperbincangkan karena persediaannya yang semakin menipis. Energi yang  biasanya berasal dari fosil yang keberadaannya tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu kami generasi milenial yang mengenyam pendidikan atas dasar Tri Dharma Perguruan tinggi mencari cara membuat energi alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan manusia, hidup sejahtera baik secara ekonomi maupun kesehatan lingkungan dan terpenting kelangsungan hidup manusia.

 Salah satu energi yang keberadaannya melimpah adalah energi matahari/surya. Energi utama yang sumbernya dapat di konversikan untuk berbagai hal, ingat Matahari menjadi modal utama dari kehidupan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan cara merubah energi surya ini menjadi energi listrik seperti pembuatan sel surya (solar cell).

Sel surya sangat cocok dikembangkan di Indonesia mengingat letaknya yang sangat strategis yaitu berada di garis khatulistiwa, dimana intensitas sinar matahari yang diterima cukup besar. Indonesia terletak di garis katulistiwa, sehingga Indonesia mempunyai sumber energi surya yang berlimpah dan memicu besarnya intensitas radiasi matahari wilayah Indonesia. Salah satu inovasi yang dapat dikembangkan adalah sel surya dari bahan organik yang diperoleh dari bahan–bahan organik adalah dari buah-buahan. Buah-buahan yang dapat memenuhi kriteria bahan dasar pembuatan sel surya organik adalah yang mengandung zat antosianin, zat antosianin ini berperan penting dalam proses absorbsi cahaya. Sel surya generasi baru ini disebut  dye-sensitized solar cell ( DSSC).

DSSC


 Sekali tiga uang dari adanya Matahari dengan energinya yang mampu memanaskan bumi, sehingga pemanasan bumi oleh sinar matahari menyebabkan perbedaan massa jenis  udara. Perbedaan massa jenis ini menyebabkan perbedaan tekanan pada udara sehingga akan terjadi aliran fluida dan menghasilkan angin.Energi angin inilah juga merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat menjawab kebutuhan energi alternatif. Pemanfaatan energi angin dapat dilakukan dimana-mana, baik di daerah landai maupun dataran tinggi, bahkan dapat diterapkan di laut. Kondisi geografis yang dimiliki Indonesia yang merupakan Negara Kepulauan yang memiliki daerah garis pantai yang panjang dan lautan yang luas merupakan sebuah nilai lebih untuk pemanfaatan energi angin. Pembuatan Turbin angin salah satunya untuk menghasilkan listrik ramah lingkungan.
Percobaan Pengambilan Data Angin


 
Lengkapnya Indonesia sebagai negara agraris yang beriklim tropis dari sumber matahari memiliki sumber daya pertanian dan peternakan yang cukup besar. Selain digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan juga dapat berpotensi sebagai sumber energi dengan cara pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas. Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi naiknya harga pupuk dan kelangkaan bahan bakar minyak. Teknologi dan produk tersebut merupakan hal baru bagi masyarakat petani dan peternak. Pemanfaatan kotoran ternak dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biogas. Setelah fermentasi berlangsung, unsur hara yang ada dalam kotoran ternak tidak akan berkurang dan dapat dijadikan pupuk organik bagi tanaman.

Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Komponen biogas antara lain sebagai berikut : ± 60 % CH4 (metana), ± 38 % CO2 (karbon dioksida) dan ± 2 % N2, O2, H2, dan H2S. Biogas dapat dibakar seperti elpiji, dan dalam skala besar biogas dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik, sehingga dapat dijadikan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan. Selain dapat menjadi energi alternatif, biogas juga dapat mengurangi permasalahan lingkungan, seperti polusi udara, polusi tanah, dan pemanasan global. Hasil dari pembuatan biogas dapat dijadikan sumber energi serta keluaran yang dihasilkan (sludge) dapat dijadikan produk sampingan seperti pupuk sehingga dapat menambah penghasilan.


 

Prototype Digester Biogas



Kini generasi telah berganti penulis telah menjadi profesional dibidangnya, namun masih berusaha memenuhi cita-cita untuk terus memanfaatkan energi aternatif, tentu dalam proses yang tidak singkat, penulis masih butuh banyak belajar, sebagai modal pengembangan selanjutnya, meskipun saat ini tempat kerja penulis menghasilkan energi listrik dari energi fosil, kelak sistem ketenagaalistrikan menjadi sumber dasar ilmu untuk penulis dapat diteruskan, sehingga cita-cita langit biru akan terus ada sepanjang sejarah manusia.



 #GenLangitBiru