Yang selama ini kita
lakukan adalah menceritakan dan membesarkan karya kisah besar orang lain,
sekarang saatnya aku berhenti menceritakannya dan memulai kisahku sendiri.
Inilah kisahku, aku
dan dirikulah yang mengetahui bagaimana rencana dan perjuangan aku kedepannya.
Ketika memutuskan suatu perkara di dua pilihan yang berbeda jalan, maka akan
ada salah satu konsekuensi yang harus diterima dengan jiwa besar dan ikhlas. Janganlah
menyibukkan diri pada hal yang tidak
perlu, maka keyakinan akan keputusan, percaya diri perlu ditumbuh kembangkan,
hingga akhirnya kisah terbaik akan terukir apik menjadi catatan kehidupan yang
paripurna.
Obrolan santai dan
ringan selepas isya, sesuai janji ayah untuk dapat meluangkan waktu bersamaku,
serius dan mendalam lebih mendalam terkait kehidupan bersama Ayah di Kota Budaya
sambil menikmati kopi harum dan sedap Kopi Rangkiang Batusangkar dikedai milik
keluarga, kedai kebutuhan sehari-hari dan
tempat berkumpul pegawai-pegawai kantor kredit elektronik di ruko-ruko
pinggir jalan kota ini. Toko kecil yang memberikan penghidupan kami dan menjadi
inspirasi pada kehidupanku.
“Nak , kenapa kopi
itu pahit namun banyak juga orang yang berburu untuk mencicipi, bahkan saat
bekerja, ada saja yang ditemani dengan menyantap kopi ditambah pisang goreng
atau ubi rebus?”Ayah bertanya.
“Iya juga ya yah,
sesuatu yang pahit namun mengundang untuk dinikmati...mmmh”Sambil berfikir.
“Fakta ilmiah selama
ini karena kandungan kafein yang aditifnya yah, sehingga mengundang untuk
candu.”Jawabku.
“Kopi sudah jadi
sosial drink untuk penyambung obrolan bersama teman, bahkan menjadi penyambung
kesepakatan bisnis di kedai. Jadi ayah sampaikan ketika nanti dimanapun kau
merantau, hubungan sosial tolong dijaga, karena untuk menjadi sukses kita tidak
akan mampu dengan sendiri. Lalu karena terkait taste atau rasa, karena sesuatu
yang belum kita coba atau merasakan, maka jangan terfikirkan oleh kita membuat
suatu statement pernyataan” Katanya”, katanya kopi itu pahit, apakah semua kopi
itu pahit? Maka coba rasakan, sama hal nya kau akan dapati suatu masalah dan
ujian , maka cobalah rasakan, kalau kau tak rasakan bagaimana kau akan
menikmati kehidupan tanpa kau lalui pahitnya perjuangan, Jadi ada sesuatu hal
yang mungkin belum kita ketahui sepenuhnya atau sesuatu yang tak terdefinisi
namun harus dipahami.”
********************
Dahulu Zaman dimana
kehidupan dan keterbatasan saling berkait, pendeknya cita-cita serta keterbatasan
gerak dan ekonomi, ayah kecil harus membantu orang tua untuk berladang, karena untuk
makan hanya bersumber dari ladang, tidak banyak orang berfikiran dahulu untuk
melompat maju seperti sekarang, karena untuk bersekolah tidak terlalu
dikedepankan karena harus berfikir untuk makan hari ini.
“Bantu ayah jo mandeh pai ka ladang yo nak?”(Tolong bantu Ayah dan Ibu
di ladang ya anakku)
“Ambo
ka lanjut sakolah yah, mandeh?.”(Saya
mau lanjut sekolah Ayah dan Ibu)
“Beko
jo apo kito makan nak, sdangkan ekonomi kito hanyo tagantung jo di ladang iko.” (nanti dengan apa kita bisa
makan anakku, sedang ekonomi kita saja bergantung pada hasil ladang).
Untuk apa sekolah pada
era itu memang menjadi pertanyaan sederhana namun tak bisa dibantahkan karena
faktor ekonomi, namun nilai kehidupan memang tidak selamanya berada disekolah,
tapi bagaimana orang-orang disekitar
serta tradisi kebudayaan serta adat yang mengakar pada kehidupan sosial di
zamannya, ketika adat dipakai sebagai dasar yang menopang syarak (agama), yang
menjadi asal dari tatanan kehidupan yang telah di atur pada kitabullah (Al
quran). Maka ada sering kita dengar dari minangkau “Adat basandi Syarak, Syarak
basandi Kitabullah”.
**************
Sekarang zaman sudah
berubah, ketika kita lambat maka kita akan jauh tertinggal, ketika kita jalan
orang lain sudah berlari, ketika saat ini bermalas-malasan, orang-orang seusiamu,
usia yang belia bahkan, sedang belajar, sedang meningkatkan kemampuan dan
keahlian, tidak di sini nak, namun dibelahan bumi lain, sedang berlomba-lomba, mereka
mereka pesaing kita. Jadi kita memang harus mengerti dasar kita, grass root, mengerti akar rumput, namun mampu
berwawasan global. Kita boleh lahir dimana saja, namun mimpi harus menjulang ke
langit.
Aku seruput kembali
kopi rangkiang ini sambi terus menyerap pesan ayah sebelum kepergianku untuk
kerantau.
“Nak urang minang mengatakan,
”Keratau Medang di hulu, berbuah berbunga belum. Merantaulah bujang (buyung)
dahulu, di rumah berguna belum”.”Sudah jelas itu?” tanya kembali ayah.
“Maksudnya kita harus keluar dari
kebiasaan orang-orang biasa lakukan kah yah?”
Hal ini sama-sama memberikan dorongan
kepada semua orang untuk tidak takut menghadapi tantangan, untuk selalu siap
menderita demi mencapai sesuatu keberhasilan. Orang yang maunya senang saja,
tak mau menghadapi tantangan, rintangan dan hambatan, tak akan mencapai titik keberhasilan
yang berarti.
“Apa yang kau rencanakan saat
merantau setelah kau lulus sarjana, jenjang pendidikan tinggi yang kau sanding
itu adalah bebanmu untuk sukses dan bermanfaat unutk masyarakat banyak?
“Aku mau cari kerja yang sesuai
dengan kemampuanku dan yang sesuai dengan ilmu yang pernah aku pelajari selama
dibangku kuliah.”
”Awak bukan cari kerja tetapi
cari uang” Sebut dengan jelas oleh ayah. Sangat jelas. Inilah kalimat yang
selalu memotivasi untuk menjadi pengusaha atau pebisnis yang ulet.
Merantaulah kemana pun engkau
mau, terbanglah seperti burung dengan bebas diatas pendirinmu, berdiri diatas
kaki sendiri,
Negeri ini akan terus berjalan
bersama para pemuda yang bersemangat dan
meneyemangati pemuda lain, karena sesuatu dapat dikalahkan, kecuali 2 hal yaitu
tuhan dan orang tua, maka itu ketika pemenuhan hajat seseorang tidak akan
pernah lepas dari restu orang tua maka iyalah restu Allah swt.
Kopi semakin dingin seiring dengan
pekatnya malam namun darah juang dan darah mudanya anak muda akan terus hangat.
Pesan – pesan ayah akan selalu ku simpan dan aku terapkan dimanapun aku berada,
malam yang penuh bermakna, memberikan energi jiwa kepadaku.
*************
Aku telah 10 tahun diperantauan,
sudah mengenyam seluk beluk kehidupan yang asam manis, pepatah mengatakan telah
banyak makan asam garam. Aku kembali teringat sampai saat ini percakapan anak
dan ayah, suntikan motivasi untuk dapat survive untuk mencari penghidupan yang
layak, mengukir asa, dan menyiapkan selebrasi cita-cita.
Setelah pesananku datang yaitu Cappucino, Aku kembali mulai mendekatkan bibir
cangkir pada bibirku dan memberikan tiupan-tiupan
kecil disana dan menuangkan kembali pada piring kecil . Cappucino nya masih
panas, Aku pun mulai menyeruput perlahan. Rasa pahit yang
tidak terlalu kentara dibalut lembutnya buih Cappucino bergantian terkecap
lidah. Kala sepertiga isi cangkir telah tandas tertenggak, mulailah diriku
mengawinkan gulanya dengan adukan perlahan. Meski tak lagi berbentuk hati,
namun buihnya masih bersetia mengapung di permukaan cangkir.
Lain waktu ketika itu,
kini aku menikmati kembali, membawaku kembali pada ingatan ngobrol bersama
ayah. Pandangan terus kedepan sambil mengingat sampai ingatanku sempurna
mengajak untuk menjamah ke masa lalu.
Aku terus ingat kata kata beliau untuk
pencapaian sukses satu hal bahwa dengan meluangkan waktu lebih banyak pada hal
yang kita impikan atau kita tuju akan memberikan hasil yang lebih maksimal.
Di sinilah diriku berada sekarang, di sebuah
kedai kopi kecil sederhana yang terapit diantara gedung-gedung bertingkat Jakarta,
ditemani temaram cahaya ampu kedai aku sedang menunggu seseorang yang akan
mewawancarai. Aku memperhatikan jam dipergelangan tangan kiri, jarum menunjukkan
di angka delapan. Aku telah janji dengan salah satu teman lama yang dulu aktif
menjadi aktivis kampus media mahasiswa. Teman lama yang juga telah mengukir
cita-citanya dan kini menuai hasil kerja keras dan kerja cerdas.
Dari kisah bagaimana pesan perantauan ayah untuk anak bujangnya, berakhir pada pencapaian kesuksesan ditanah rantau, seorang pengusaha sukses terlahir dari semangat petuah-petuah ayah, berbagai macam bisnis yang menggurita diberbagai bidang telah dikuasai, namun tetap sederhana dalam menjalani kehidupannya, karena harta hanya sekedar perantara , fasilitas, letaknya hanya digenggam bukan diletakan di hati.
Akhirnya kisah telah kubuat sendiri, dari pembicaraan sarat makna bersama kopi rangkiang sama halnya sarat makna yang saya paparkan bersama kawan lama ini untuk dijadikan buku inspirasi bersam Cappucino.
Dari kisah bagaimana pesan perantauan ayah untuk anak bujangnya, berakhir pada pencapaian kesuksesan ditanah rantau, seorang pengusaha sukses terlahir dari semangat petuah-petuah ayah, berbagai macam bisnis yang menggurita diberbagai bidang telah dikuasai, namun tetap sederhana dalam menjalani kehidupannya, karena harta hanya sekedar perantara , fasilitas, letaknya hanya digenggam bukan diletakan di hati.
Akhirnya kisah telah kubuat sendiri, dari pembicaraan sarat makna bersama kopi rangkiang sama halnya sarat makna yang saya paparkan bersama kawan lama ini untuk dijadikan buku inspirasi bersam Cappucino.
Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen
#MyCupOfStory Diselenggarakan oleh GIORDANO dan Nulisbuku.com