“BESOK PADA KULIAH DI JALAN!” kata
temen gue. Setelah beberepa hari yg lalu menyempatkan hadir diskusi dengan seluruh
lembaga yang dikomandoi sospol BEM universitas
“KULIAH MAH DI DALAM KELAS BRAD, kapan
dosen mindahin tu kuliah di jalan?”
“Zaman kekinian (Sekarang) sanak, isu
ni dibentuk bagi mereka yg udah nyaman banget di bangku kuliah, dalam kelas, mana
ada mahasiswa kampus kita pergi demo berpanas-panassan, dimandikan keringat ke pemerintah
atau yg skarang ini ke DPRD? Udah nggak mikirin nasib rakyat lagi. Sibuk di
zona nyamannya sebagai mahasiswa.PADAHAL SANAK, kuliah awak ko rakyat yg
mansubsidi..”
“Oooh…”, dan waktu itu, gue cuman bisa
tersenyum, ngangguk sambil geleng-geleng dugem.Abis itu, ada tanda tanya di
kepala gue. Sehingga kita lanjut ke topik-topik diskusi lain sampai waktu nggak
mengizinkan kita untuk mengobrol lebih jauh.
**besok, besok lusanya lagi
Ketika berjalan sendirian didalam bus, sejenak
pikiran ini menerawang dan membaca meme yang ada di belakang truk pasir, dan
terlintas percakapan ku dengan sanak kemarin.aku menyimpulkan setelah Bab
4.Bahwa.
Asumsi semacam itu adalah egois.
Egois sekali kalo memang kita gak mau
terlibat untung kepentingan mengingatkan pemerintahan, karena kita dikenal
sejak dahulu adalah oposisi jalanan. Akan tetapi egois juga kalo kita menstigma
kalo perjuangan mahasiswa Cuma harus berteriak-teriak di depan gedung DPR.
Perjuangan
melawan kegelapan tidak sesempit itu, kawan. Kita perlu lihat dari dimensi yang
lebih luas. Tanpa bermaksud mengesampingkan manusia-manusia demo ini,
ada juga dengan suatu kejadian ketika Presiden
/ pemimpin datang ke suatu tempat namun
tidak disambut dengan baik, ramah dan bersahaja. Alasan kebijakannya tidak
memuaskan mungkin saja kajian yang
terpesan atau melanjutkan tradisi dengan asumsi sebagian kita yang masih punya
nalar. Turun temurun kepala mereka sudah ada di doktrin hal negative, mungkin. Hidup pemimpin, hidup
presiden tetap akan bekerja
membangun negara walaupun tentu ada kelemahan.Iyaa benar Tapi kita memposisikan bahwa hdup harus saling mengingatkan dan
nasehat menasehati secara santun.
Serentetan kegiatan seperti Rumah belajar
, Bimbingan belajar ,semacam sekolah terbuka bagi anak-anak yang kurang mampu,
juga patut diperhitungkan. Itu belum termasuk bakti sosial atau seminar-seminar
keilmuan dan keagamaan sebagai pembentuk karakter kepemimpinan yang mungkin
nggak kita dapet saat kuliah biasa. Bahkan hal-hal yang bersifat mementingan
diri sendiri—ketertarikan pada kewirausahaan, misalnya—juga kelak punya andil
dalam membangun bangsa dengan cara meminimalisasi pengangguran dan manfaat
terhadap lingkungan sekitarnya. Menurut gue, kegiatan-kegiatan seperti ini jauh
lebih konkret daripada mengutuk kegelapan pejabat-pejabat kita yang, ketika
masih mahasiswa pun, berteriak mengutuk seniornya yang udah duluan jadi
pejabat. Lagi dan lagi hal diatas memang sudah menjadi kewajiban kita sob yang
mana beban masa depan bangsa sudah menjadi kewajiban kita untuk diperbaiki,
lagi pula sudah secara kontinyu juga didalam rancangan anggaran dan program
kerja setiap unit kegiatan maupun lembaga kemahasiswaan.
Yang pasti loe harus seide dengan gue yang ingin
menyuarakan sebuah gagasan bahwa yang namanya kontribusi itu,
- Banyak jalannya. Layaknya pepatah banyak jalan menuju surga, allah mengilhamkan sukma kebaikan dan keburukan( as syam: 3) sorry kultum sedikit, intinya, Lakukan aja kebaikan, apapun itu, semampu kita. Seburuk apapun manusia, pasti dia punya kelebihan/kemampuan. Kalau merasa nggak punya kemampuan atau malu melakukan , minimal punya itikad baik, niat yang lurus dan keinginan belajar deh. Lihat lagi apa kelebihan kita, minat juga boleh, lalu asah kelebihan/minat itu agar lebih berguna di masyarakat. Jangan berpikir sempit. Biarkan aja gang yg sempit tapi kita out of the box.
- 3 M KATA AA GYM, Mulai dari hal-hal yang kecil, MULAI DARI DIRI SENDIRI DAN MULAI SAT INI JUGA. Lihat sekeliling kita. Apakah ada yang bisa kita lakukan? Seberapa lama kita menghabiskan waktu bersama keluarga? Seberapa sering kita tersenyum dan menyapa tetangga? Kapan terakhir kali kita mengucapkan terimakasih kepada satpam kampus, sopir BUS KAMPUS yang biasa nganter kuliah tiap hari, dan penjaga SPBU tiap isi bensin? Atau APATIS level tingkat tinggi, semoga tidak.
Kalo elu termasuk orang yang pemalu
atau rada gengsi, senyum juga udah termasuk kontribusi untuk bangsa, lho.
Senyum menimbulkan perasaan nyaman di hati, apalagi kalau senyum kita dibales
sama orang lain.Senyum mah gak bayyar gratis kok, menurut orang kesehatan
dengan senyum hanyak menggunakan sekitar 18 gerak otot kalo cemberut 32 otot,
jadi kalo cemberut sudah capek membutuhkan energi, tampang juga gak enak
dilihat hahah.
3.
Nahh gak terasa deh gue nulis ini, buka untuk
gaya-gayaan, atau menyampingkan yang pro Demo dan Kontra kebaikan diatas
kebermanfaatan, yang terpenting kita mengeluarkan energi untuk bangsa dan
negara ini demi kemajuan kita bersama dan ridho allah selalu menyertai kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar